Karaoke "Kontolku" di buat nyanyi.

Perkenalkan nama ku Rudi. Aku berumur 24 tahun, dan skr masih kuliah di sebuah unversitas swasta di Jogja. Aku berasal dari keluarga yg dibilang mampu. Ayahku seorang pejabat di Jakarta. Jadi, taraf hidupku bisa dibilang mewah. Di Jogja, aku mengontrak bersama teman2 sekampusku. Ya meskipun aku tergolong orang yg mampu, aku lebih memilih kontrak bersama teman2ku daripada tinggal di rumah sendiri, walaupun orang tuaku berkali2 menawarkan untuk membeli rumah di Jogja, karena aku lebih suka hidup bersosialisasi, berkumpul2 dengan teman2ku.
Kisahku terjadi saat masa liburan kuliah setelah ujian akhir semester. Semua teman2 sekontrakanku berasal dari kota2 di sekitar Jogja. Seperti, Klaten, Solo, Magelang. Jadi, liburan seperti ini mereka pasti pulang ke kota masing2. Hasilnya, aku sendirian saja di kontrakan. Tapi kesendirianku terobati karena dikontrakan ini kami memasang akses internet, jadi aku bisa browsing, mencari informasi2 di internet. Atau bisa chatting, sapa tau ada cewek yang bisa menemaniku. Setelah beberapa lama browsing, aku menemukan satu forum yang membahas tentang tempat2 ‘underground’ di wilayah Jogja. Setelah kubaca satu per satu obrolan2 mereka di forum itu, aku tertarik dengan pembahasan tentang satu tempat karaoke yang menyediakan cewek2 untuk menemani karaokean. Dan tak jarang, cewek2nya bisa diajak ml di dalam ruang karaoke.

“Wah, boleh dicoba nih”, pikirku. Setelah selesai membaca semua obrolan tentang tempat karaoke itu, aku pun memantapkan tekad untuk mencoba kesana malam ini seorang diri. Pasang muka tembok aja. Lagian aku bayar juga toh. Aku pun bergegas mandi dan berpakaian sekeren mungkin serta tak lupa menyemprotkan parfum imporku. Kemudian aku naik ke honda Jazz ku dan langsung meluncur ke lokasi.
Kuparkirkan mobilku, kemudian aku berjalan menuju resepsionis.
“Mau karaoke mas?” Tanya resepsionisnya.
“iya mbak. Tarifnya berapa ya disini?” tanyaku.
“masnya sendirian ya? Kalau sendiri pake yg ukuran small aja mas……”, kemudian aku dijelaskan tentang harga2, paket2 dan fasilitas yg didapat. Kemudian aku memilih satu paket, dimana aku bisa mendapat 4 orang cewek untuk menemani, 1 botol Jack’D dan 3 jam karaoke.
Kemudian ada seorang cewek yg sedikit berumur, kutaksir umurnya sekitar 35 tahun. “Mari mas saya antarkan untuk pilih teman karaokenya”, kata cewek itu. Ternyata cewek itu seperti “mami”nya neh. Kemudian kami pergi meninggalkan resepsionis dan melewati sebuah bar, dan berhenti di sebuah lorong yg di dindingnya ada sebuah kaca satu arah. Dan di dalamnya ada sebuah ruangan besar yang ada banyak cewek2 yg sedang duduk berderetan di kursi2 yg disusun sedemikian rupa, sehingga tamu2 dapat leluasa untuk memilih. Dan semuanya memakai gaun2 yang sangat menantang pria. Roknya sangat pendek, sampai hampir celana dalamnya kelihatan kalau mereka membuka sedikit pahanya, berdada terbuka sampai memamerkan belahan tokednya, tanpa lengan semua jadi hanya seutas tali yang melingkari lehernya atau di pundaknya sehingga memamerkan lengan mereka yang mulus2
“Gile, pilih yang mana nih???”, pikirku.
Pilih…pilih..pilih… dan si mami juga memberikanku beberapa masukan tentang “anak2nya”. Akhirnya pilihanku jatuh pada 3 cewek yang kelihatannya sedang asyik ngobrol.
“kan jatahnya 4 cewek mas, kok Cuma pilih 3?”, tanya si mami.
“3 dulu aja mbak, tu aja udh kebanyakan. Aku kan Cuma sendiri” jawabku.
“Oya udh kalo gitu, tunggu sebentar ya”. Kemudian mami itu masuk ke pintu di sebelah kaca dan berteriak “ANDIN… CIKA… VENI…”.
Sementara itu, aku dihampiri seorang waitress, “mari mas, saya antarkan ke room nya. Nanti teman karaokenya langsung ke room kok”, ajak pelayan itu. Kemudian kami berjalan menyusuri lorong panjang, dan disitu terdapat banyak room untuk berkaraoke. Dan terdengar juga suara2 orang yg sedang berkaraoke disitu, walaupun hanya seperti berdebam. Akhirnya sampai di room pesenanku. Kemudian aku masuk dan pelayan itu meninggalkanku sendiri. Ada sofa panjang di 1 sisi ruangan dan didepannya ada sebuah meja, yg sudah terdapat 1 botol Jack’D, 1 pitcher cola, sekeranjang buah, dan 5 buah gelas. Dan terdapat 1 layar monitor besar di sisi yang lain lengkap dengan sound system disampingnya serta tergantung di langit2 room.
“Ah tak ada salahnya aku siapkan dulu kesan pertama”, pikirku. Kemudian aku susun 4 gelas di atas meja, aku tuangkan Jack D dan cola di dalamnya, dan ku selipkan selembar uang seratus rubian di bawahnya. Tak lama kemudian pintu terbuka dan masuk 3 cewek cantik yg kupilih tadi., yg langsung duduk di sebelahku. Kemudian kami berkenalan, yg pertama, “hai, namaku cika”. Cika punya wajah yg oriental, sepertinya org keturunan China gitu, dan wajahnya manis bgt. Kulitnya putih bersih, bodinya langsing, tapi tak lebih tinggi dariku, ukuran bra sekitar 34B. Yang kedua,
“Aku Andin”. Yang ini facenya Jawa bgt, cantik, kulitnya putih, dan bra nya sekitar 36A. Yang ketiga,
“Veni”, yg ini favoritku, wajahnya seperti blasteran gitu, sangat cantik, dan tubuhnya sangat proporsional, dan branya sekitar 34B. Mereka semua memakai gaun yang jauh di atas lutuh sehingga sangat memamerkan kemulusan paha masing2 dan berdada rendah sehingga sangat jelas terlihat belahan dada mereka. Libido ku pun langsung naik, begitu juga penisku yang mulai berontak dibalik celana. Ingin rasanya kugarap mereka sekaligus. Tapi aku belum punya rencana.

“Ayo diminum dulu, sekaligus buat perkenalan. Aku Rudi. Kalian semua cantik2 ya.” Kataku pada mereka.
“Loh kok udah dituangin mas. Ini kan tugas kita” kata Cika.
“Ah gak papa. Ayo kita minum”, sembari mengangkat gelasku. Dan mereka pun mengangkat gelas masing2, dan kulihat mereka lsg menyambar uang yg kuselipkan tadi dan dimasukkan ke kantong masing2. Selesai minum, Vika bertanya,
“mau nyanyi apa nih mas?”. Setelah ngobrol2 sejenak dan memilih2 lagu, kemudian kami berkaraoke bersama2. 1 lagu… 2 lagu… 3 lagu… sambil menghabiskan minuman yang ada. Sudah hampir habis setengah botol lebih, gaya2 mereka terlihat semakin panas.
“wah mulai mabok neh mereka”, pikirku.
Goyangan2 mereka semakin erotis, dan tak jarang bergoyang ber2 bersama temannya, kadang mereka juga menari ber3 dan memperlihatkan tarian yang sangat memancing gairah. Sedangkan aku hanya duduk dan menikmatinya sambil mengamati keadaan mencari waktu yang tepat untuk bisa menggarap mereka, penisku juga bangun terus dari tadi.
“Tapi bisa gak ya?”, aku bertanya2 dalam hati.
Kemudian, mereka mulai memutar lagu2 dugem, dan aku ditarik oke Veni.
“ayo mas ikut jogged dong, jangan duduk aja”, ajak Veni sambil menarik lenganku. Kemudian kami berjoged berdua, Veni membelakangiku sambil menggoyang2kan pantatnya tepat didepan penisku. Aku pun ikut bergoyang sambil sedikit2 mendekat2kan penisku ke celananya.
“wah mas payah neh, segitu aja “dedek”nya udah bangun”, kata Veni. Aku kaget, ternyata Veni menyadari kalau penisku sudah menantang dari tadi.
“Abis kalian goyangnya seksi banget seh dari tadi”. Kemudian Cika bergabung bersama kami. Dia berjoged seksi di belakangku dan mengarah ke aku. Sesekali payudaranya mengenai punggungku, dan saat itu aku sengaja berjoged dengan gaya sedikit memundurkan punggungku. Kenyal baget tokednya ni cewek, dan tak ada tanda penolakan dari Cika.
Kemudian Andin datang dengan membawa minuman untuk kami, langsung kami minum habis. Andin sedikit tersenyum kearahku, tiba2 dia mengelus penisku yg seudah tegang dari luar jeansku, kemudian berbalik dan mengembalikan gelasku ke meja, kemudian bergabung berdansa.
“Wow, sepertinya 3 cewek ini memberi lampu hijau neh”, pikirku. Paling asal aku kasih duit lagi, mereka mau aku ajak sex party disini.
“Coba nekad aja lah” pikirku, sambil tetap berjoged, aku merogoh kantongku, mengambil 2 lembar seratus ribuan, kemudian kupeluk Veni dari belakang, dan memperlihatkan uang tersebut ke Veni dan goyangan pantatnya ternyata lebih erotis lagi di depan penisku. Pelan2 kuelus uang itu di lehernya. Tak ada tanda penolakan, kemudian sedikit turun kebawah dan akhirnya kuselipkan masuk ke branya, sambil sedikit kusentuh tokednya.
“Mas horny ya?” tanya Veni sambil mengelus penisku dari luar.
“iya nih Ven, rasanya udah gak nyaman banget neh” jawabku.
“Gak nyaman gimana mas?”, tanyanya lagi
“Capek tegang terus dedekku, butuh pelampiasan kayanya”, jawabku mencoba to the point.
“bisa diatur kok mas”. Wow, berhasil nih.
“tapi dimana? Disini?”, tanyaku.
“Iya lah, disini aja, Aku mau kok. Paling Cika ama Andin juga mau, asal mas kasih mereka tip juga kaya aku tadi”, jawab Veni. Matre!!! Tapi gak masalah buatku.
Kulepaskan pelukanku lalu kurogoh lagi celana ku dan menyiapkan 2 lbr uang di tangan kiri dan 2 lbr di kanan. Lalu kudekati Cika dan Andin yg sedang berjoged. Kupeluk leher mereka berdua kemudian memamerkan uang yg sedang kupegang di depan mata mereka. Respon mereka langsung sumringah melihat lembaran uang merah yg kupegang, dan kumasukkan uang itu ke bra mereka. Cika mengelus penisku dari luar,
“wah, horny ya sama kita2?” tanya Cika.
“iya nih, kalian seksi2 seh. Mau bantuin aku gak?” tanyaku dengan sedikit berdebar2, “Mau banget mas..”, Andin yg menjawab sambil langsung memasukkan tangannya ke celanaku dan meremas penisku.
“ih, besar juga”, Andin sedikit terkejut. Ukuran penisku memang tergolong memuaskan untuk wanita, panjang 17cm diameter 4cm.
Tapi sebelum pesta dimulai, aku melihat botol minuman kami sudah habis.
“Eh, pesenin minuman lagi dong. Pesenin Galliano ya”, pintaku pada mereka. Kemudian Veni yg keluar sebentar untuk memesan. Sementara itu, Andin meredupkan lampu ruangan sehingga suasana menjadi agak gelap, dan tiba2 Andin menarikku ke kursi, mendudukkanku dan berjongkok didepanku. Dia langsung membuka resletingku, menurunkan celanaku sedikit dan mengeluarkan penisku. Tanpa ba-bi-bu langsung djilatnya penisku yang sudah tegang sempurna. Sementara Cika tetap bernyanyi, untuk menyamarkan keadaan, supaya waitress2 diluar tak curiga, sambil melirik2 ke arah kegiatanku dan Andin. Terlihat Andin sedikit susah memasukkan penisku ke mulutnya, karena ukuran penisku yang besar itu. Dia lebih sering menjilati kepalanya, batangnya, dan memasukkan penisku hanya sebahas kepalanya saja.
“ahhhh, hangat banget mulutmu sayang…..”, sambil tokednya tak luput kugenggam, kuelus2 dari luar gaunnya. Kemudian kugenggam dengan kedua tanganku rambut Andin di belakang kepalanya, agar aku bisa melihat jelas penisku dipermainkan Andin. Kudorong2 sedkiti penisku saat dia memasukkan penisku ke melalui bibir mungilnya itu,
“mmhhh….mmhhh….” suara yg keluar dari mulut Andin. Kemudian dia mengeluarkan kontolku, dijilati kepalanya, sambil mengocok2 penisku.
“Jangan didorong2 gitu dong mas. Gede banget nih. Gak cukup mulut Andin”, protes Andin.
“Iya..iya… maaf ya cantik”, kataku sambil mengelus pipinya, sementara tangannya masih mengocok penisku.
Tiba2 pintu room terbuka dan Veni masuk. Aku segera membetulkan celanaku, dan Andin langsung berdiri dan bergabung karaokean sama Cika. Aku kemudian berdiri dan bergabung bersama mereka.
“Sekarang giliran sapa?” tanya Veni kepada teman2nya.
“Barusan guwe, sekarang terserah mau lo ato Cika duluan”, jawab Andin.
“GILA. Aku digilir coy.
“Aku duluan aja gimana?” kata Cika.
“Ya udah gak papa”, jawab Veni.
Sekitar 15 menit kemudian, minuman datang, dan pelayan kembali meninggalkan kami.
“Disini ada kameranya gak sih?” tanyaku.
“Gak ada kok mas. Tenang aja. Cuma ada 1 waitress yg pasti stand by didepan pintu”. Pintu room itu memang ada sedikit kacanya, untuk pelayan diluar pintu memastikan tamu2 yang sangat kurang ajar atau mencegah tindakan mesum di dalam room.
“wah, terus gimana dong?”, tanyaku pada mereka.
“Tenang aja mas. Pokoknya mas pasti puas deh”, kata Andin meyakinkanku. “Pokoknya ikutin aja instruksi kita. Aman deh”. Kemudian Cika pergi ke meja dan menuangkan minuman ke 4 gelas. Dan membawa 1 gelas ke aku, langsung kehabiskan minumanku. Kemudian Cika menarikku ke pojok kursi, menjauhi pintu room. Sama seperti Andin tadi, dia menyuruhku duduk dan berjongkok didepanku. Menurunkan jeansku sampai setengah paha. Kemudian langsung mengulum penisku. Dijilatinya dengan telaten setiap centi penisku.
“Sssshhhhhhhh…. Enak banget sayang…..”, aku memujinya dan Cika hanya tersenyum.
Cewek keturunan China emang terkenal telaten waktu mengoral. Kemudian dia kelihatan membuka branya dan dimasukkan ke kantongnya, tapi dia tetap memakai gaun. Jilatannya turun kearah biji penisku. Disedot2 telur2nya, dijilati, kemudian dicium2inya. Kemudian dia kembali mengulum penisku. Tanganku mulai bergerilya. Kuremas2 tokednya yg pas di telapak tanganku, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Tanganku menyusup kedalam gaunnya, kupelintir2 pentilnya yang sedikit demi sedikit mulai mengeras.
“mmhhhh…mhhhh….mmppphhh……”, Cika mendesah2 tak karuan. Aku merogoh kantongku lagi sambil berbisik ke Cika,
“Say, kalo ml berani gak?”. Dia mengangkat kepalanya dan mencium bibirku, melumat bibirku dan memasukkan lidahnya ke mulutku. Kubalas dengan memutar2 lidahku berpautan dengan lidahnya di dalam mulutku. Kemudian melepaskan ciumannya, melirik kearah tanganku dan berkata,
“Boleh”. Yessss….
Aku mengeluarkan tanganku dari kantong sambil mengeluarkan selembar uang merah, dan memasukkannya ke kantong Cika.
“Tapi berdiri ya mas. Dideket mereka”, sambil menunjuk kearah Andin dan Veni yg sedang bernyanyi sambil berjoged.
“Supaya samar mas. Kalo sekilas keliatan dari luar kan kita lagi karaokean rame2”. Gak masalah buatku. Kemudian Cika berdiri dan melepas celana dalamnya, dan kami berjalan kearah Andin dan Veni yg sedang bernyanyi.
Cika seolah berbisik sebentar dengan kedua temannya. Kemudian Andin merangkul leher Veni dan kembali bernyanyi lagi. Seolah mereka menutup2i dari pandangan waitress dari luar pintu room tentang kegiatan kita ini. Lalu Cika mengajakku berdansa, dan menari erotis didepanku. Sambil sesekali kuremas toket Andin yang sedang bernyanyi. Kemudian kupeluk Cika saat menghadapku. Kucium bibirnya yang tipis, kusedot2 lidahnya, kumasukkan lidahku ke mulutnya dan menyusuri setiap sudut mulutnya. Kuturunkan gaunnya di bagian dada sehingga terlihat jelas tokednya yang indah. Tangan kananku meremas2 tokednya, sementara tangan kiriku memainkan memeknya, kuelus2 clitorisnya, yang menimbulkan erangan2 dari mulutnya sembari berciuman denganku. Aku melepaskan ciumanku dan mengulum2 pentil tokednya yang berwarna pink. Kemudian aku berjongkok didepan Cika, dia mengangkat satu kakinya ke pundakku, sehingga aku dapat melihat jelas memeknya yang ditumbuhi bulu2 halus disekitarnya. Aku menjilati clitorisnya, memasuk2an lidahku ke dalam memeknya.
“Sssshhhhhh…. Mmmmmhhhhhh…… sssssssshhhhhhhhh…..”, dia mendesah2 nikmat.
Cika memegangi kepalaku dan sedikit menekan2 kepalaku seolah ingin aku berlama2 mengoral memeknya. Sekitar 10 menit aku puas memainkan memeknya. Aku pun berdiri, menurunkan celanaku setengah paha, dan nongol deh penisku yang sudah super tegang, dan membalik tubuh Cika sehingga dia membelakangiku. Dia sedikit melebarkan kakinya dan membungku ke depan. Dia mengarahkan kontolku kearah memeknya. Digesek2an penisku di memeknya. Dan memberikan air liurnya dengan tangannya ke kepala penisku. Sambil memegang 2 tokednya dari belakang, kudorong kontolku yang sudah tepat di bibir memeknya. Masuk kepalanya, Cika kelihatan sedikit menahan tubuhku dan sedikit memekik.
“aww….sshhhhh… pelan mas. Gede banget….”.
“Memekmu sempit banget say…”. Kemudian kudorong lagi penisku semakin dalam ke memeknya Cika, sambil kadang kutarik sebentar penisku dari dalam memeknya. “mmhhhhh….sssshhhh….sshhh…. aahhhhhhhhhh”, desahan Cika mulai tak karuan.
Setelah penisku masuk seluruhnya, mulai kugenjot pelan2 memeknya. Dan Cika mengimbangi dengan ikut memutar2 pantatnya, dan kurasakan sensasi yang luar biasa. Makin lama makin cepat kugenkot,
“ahh..ah…ahh…ahh…lebih…. ceppet… maasss… masukin… ampe… mentok….”. Kupercepat irama goyanganku, dan Cika bisa mengimbanginya. Kudekap tubuh Cika, kuremas2 tokednya sambil kujilati lehernya, dan penisku tetap mengocok memeknya. “ahh..ah..enak banget memekmu sayang….”.
“teruss mas…teruss… aku mau keluar… mas.. mas.. ahhhhh… ssssssshhhhhh….”.
“Aaaaaahhhhhhhhhhhhhhh… aaarrrrggggggg………….”
Tubuhnya sedikit bergetar dalam pelukanku sambil mendesah2 tak karuan menahan orgasmenya. Kuperlambat goyanganku menjadi sangat lambat. Sambil kuraih bibirnya, kukulum2 lidahnya, tanganku tetap meremas2 tokednya, dan kontolku masih menggoyang memeknya dengan tempo yang sangat lambat.
Kurogoh lagi kantong celanaku, kuambil selembar uang merah. Kemudian Veni membawakanku segelas minuman. Kuminum minuman itu dengan posisi kontolku masih menancap di memek Cika. Cika pun sedikit memutar2 pantatnya dan menjepit2 dinding memeknya sehingga penisku serasa diputar2 sambil dipijit2. Setelah menaruh gelas di meja, Veni kembali dan kutarik lengannya. Kumasukkan lembaran uang yang kupegang tadi ke kantong celananya.
“Sekarang kamu ya sayang..”, kamu membisikkan Veni. Veni menganggukkan kepalanya sambil tersenyum genit kepadaku.
“Di sofa yuk mas”, bisiknya sambil menjilat telingaku. Aku mencabut penisku dari memek Cika dan berjalan mengikuti Veni ke pojok sofa tempat tadi aku dioral Cika. Sementara Cika sekarang yang mengambil alih tugas Veni berjaga dan menutup2i kami. Aku langsung duduk dan Veni langsung mengangkat bajuku sehingga terlihat dadaku yang bisa dibilang sedikit atletis.diciumi dadaku, dikulum2 putting susuku dengan lembut dan telaten. Tangannya sambil mengocok lembut penisku yang memang belum kututup. Kemudian jilatannya turun ke perutku dan berakhir didepan penisku yang masih sedikit basah oleh cairan memek Cika. Dikulum2nya tanpa rasa jijik, sambil matanya menatapku dan tersenyum2 genit. Dijilati kepala penisku, disedot2… Kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya. Diantara 3 cewek ini, Cuma Veni yang bisa deep throat. Dimasukkannya penisku sampai hampir lebih dari setengahnya masuk ke dalam mulutnya. Aku pun sambil menggerakan sedikit pinggulnya, sehingga terlihat aku sedang mengentot mulutnya.
Puas mengoralku, dia pun berdiri dan langsung menaikiku, mengangkat roknya dan terlihat g-stringnya. Dia meminggirkan talinya ke samping dan mengarahkan memeknya ke penisku. Digesek2an penisku di memeknya. Dimasukkan pelan2 penisku ke dalam memeknya, sambil digoyang2kan naik turun. “sshhhh….mmmm…..”
mulutnya mulaih mendesah . Kuremas2 tokednya yang menantang di depan mataku. Kuturunkan gaunnya lalu kujilati putingnya.
“ahhh…ahhh..ahhh… enak mas….”.
Sudah setengah penisku masuk, tiba2 kudorong penisku sampai masuk semuanya ke memeknya.
“aww…aw…. Pelan mas… agak sakit… gede seh punya mas…”, protesnya.
“Iya maaf sayang. Tapi enak kan?”, tanyaku
Dia mengangguk dan tersenyum.
Kemudian dia mulai bergerak naik turun, dan kuimbangi dengan ikut menggoyangkan pantatku. Kucium bibirnya yang tipis, kumainkan lidahku melawan lidahnya. Tanganku tetap meremas2 tokednya yang kenyal banget, sambil kupercepat irama goyangan pantatku.
Plok….plok…plok…..plok…. pantatnya beradu dengan pahaku. “mmpphhh….mpphhh….mmmppphhh….. ” desahannya didalam cimuan.
10 menit kupompa penisku dalam memeknya, tiba2 dia melepaskan ciuman dan pelukanku lalu menegakkan badannya. Sambil tetap bergerak naik turun seolah ingin memuaskan dirinya sendiri memainkan penisku dalam memeknya. Dia mulai meremas2 sendiri tokednya yang padat, serta mengibas2kan rambutnya, dan Veni terlihat menggigit bibirnya sendiri seperti menahan kenikmatan.
“ahh… ahh…ahh… ahh… mmhhh… mmhhh….”, mulutnya meracau tak karuan.
Aku pun hanya duduk dan menikmati penisku yang dipijat2 oleh memek Veni, dan memandang Veni yang bergerak naik turun diatas penisku sambil bergoyang erotis.
“Kuat juga ni cewek. Keliatannya masih belum keluar”, pikirku dalam hati.
Tak lama kemudian Andin datang dan duduk disebelahku. Dia menyodorkan gelas berisi minuman.
“Lawaran ya mas. Berani gak?”, tanya Andin
“Wessss… sapa takut. Sini”, langsung kuambil gelas yang diberikan Andin, dan kutegak minumanku. Shitt….. Tenggorokanku langsung terbakar rasanya. Dadaku juga panas. Birahiku juga ikut terbakar setelah menenggak minuman itu.
Langsung kutarik tubuh Andin mendekatiku, kuturunkan gaunnya dan langsung kuciumi tokednya, kujilat2 dan kusedot2 putingnya dan kuremas2 tokednya yang lain.
Sementara itu, Veni masih memainkan penisku di memeknya, dia bergerak naik turun, memutar2 pantatnya.
Sungguh sensasi yang luar biasa saat itu.
“Ssshhhh… sssshhh…. Ssshhh…..”, Andin rupanya menikmati permainan lidahku di tokednya, dia sedikit menaikkan badannya agar tokednya pas berada di depan wajahku, serta memeluk kepalaku, dan aku bisa leluasa memainkan tokednya yang indah.
Tanganku turun menyibak rok gaunnya, dan mulai menyentuh memeknya. Ternyata celana dalamnya sudah dilepas, sehingga tanganku bisa leluasa memainkan klitorisnya. Kugesek2an tanganku, sambil kadang2 kumasukkan sedikit jariku ke memeknya.
“ahhhhh.. mmmhhh…. Ahhh… mmmhhhh…. Sshhhhhh”, Andin mendesah2 menikmati permainanku.
“Sekarang ama kamu ya say”, aku membisikkan Andin. Dia mengangguk.
“Ven, gantian dong”, dia berkata pada Veni.
“Wah, padahal belum keluar neh. Tapi ya udah deh, ntar lagi. Memekku pegel neh. Kontolnya gede say”, kata Veni yang kemudian mengecup bibirku sambil melepas penisku dari memeknya. Kemudian dia berjalan ke arah Cika dan bergabung karaokean bersama Cika.
“Say, doggy style yuk. Kamu berlutut di bawah, hadep kursi”, pintaku kepada Andin, aku pun ingin pegang kendali disini, gak cuma ikut instruksi mereka, tapi tetap mengutamakan keamanan. Daripada digrebek disini…?
Andin pun langsung mengiyakan dengan turun kebawah dan nungging menghadap sofa, sedangkan aku langsung bersiap2 di belakangnya.
Kunaikkan roknya, dan kugesek2an penisku di bibir memeknya.
“Mmmmmhhh……..”, Andin pun ikut mengerakkan pantatnya seiring gesekan2 penisku. Kemudian ku genggam pantatnya dan mulai kudorong masuk pelan2 penisku. Tidak terlalu susah, karena penisku sudah basah oleh cairan memek Veni, dan memek Andin pun sudah basah banget karena permainanku tadi.
Seperempat penisku sudah masuk ke memeknya. Dan aku menghentikan gerakanku.
“Oouuuhhhh…. Mmmmhhhhh……..”, Andin mendesah sambil menggerakkan maju pantatnya, kemudian dimundurkan lagi. Pelaannn… pelaannnn…. Sampai akhirnya semua penisku masuk ke memeknya karena gerakan Andin sendiri. Andin mempercepat gerakannya. Akupun hanya diam dan merasakan penisku dipijit2 memek Andin, sambil meremas2 tokednya yang menggantung2 dan bergoyang2 seiring gerakannya.
“Aww…awww…. Ohh…ohhh…. Mmmmhhh…mmhhh…ssssssshhhhhhh hhhhhh…” mulutnya meracau tak karuan. Aku mendekap Andin sambil menjilat2 telinganya, dan gerakannya menjadi semakin liar.
“Ahhhh… enak banget memekmu sayang…. oouuuhhhhh…. Anget….”, bisikku ditelinganya.
“iya mas… ahhhh… ahhhh…. ****** mas juga…. Eennaakkkk…. Oouuhhh….”, dia membalas pujianku.
5 menit dia menggoyangku, aku pung kembali tegap dan meremas pantanya dengan kedua tanganku, dan menghentikan goyangannya. Sekarang aku yang ingin pegang kendali. Kugerakkan pinggulku, penisku menyodok2 memeknya, semakin cepat… cepat… cepat…
“Ahh… ahhh…. Ahhh… ahhh.. teruss… terus…. Teruss… ampe… mentok…. Mas…..”, dia meminta untuk dipuaskan penisku.
Aku pun semakin mempercepat goyangan ku, dan sesekali menghentakkan kontolku masuk ke memeknya.
“Aawwww….aawww…..enak mas… enakk…..”
“Memekmu juga mantep Ndin…”, pujiku
10 menit aku mengobok2 memek Andin sampai akhirnya dia kelihatan memekik dan menggenggam pahaku seolah memintaku untuk menghentikan sejenak goyanganku.
“Aaawwwww….. Oouuuuhhhh…..aku keluar…… masss….. ooohhhhhhh…. Stop dulu…. Masss…….oohhhhhh…….”, kepalanya terlihat ambruk ke sofa sambil terlihat menggigit2 bibirnya menaham kenikmatan.
Tapi aku tidak menghentikan goyanganku. Tetap kugerakkan penisku, meskipun tidak secepat tadi.
“Aaahhhh… mas….. nakal….. ihhh…..”.
Kulepaskan penisku dari memeknya kemudian berdiri. Posisi Andin tetap menungging di depan sofa, sedangkan aku menaikkan satu kakiku ke atas sofa dan menurukan sedikit badanku, menyodorkan penisku ke mulutnya. langsung disambut penisku yang sudah didepan mulutnya.
“Mmmmhhhh… mmppphhhhh….mmmmm…..”, dikulum2nya penisku. Dimainkan lidahnya dalam mulutnya saat penisku masuk ke dalam mulutnya. tak ada rasa jijik yang terlihat dari raut mukanya.
“Aahhhhh…….. enak banget say”, aku terus memujinya. Dia mengeluarkan penisnya dan menjilati kepalanya sambil matanya melirik ke arahku, sambil tersenyum.
Aku merogoh kantongku lagi dan memasukkan selembar uang merah ke kantongnya.
Aku bangkit ke arah Veni dan Cika yang sedang asyik karaokean berdua. Kutarik Veni dan langsung kulumat bibirnya. Kita berciuman mesra sambil kuremas2 tokednya. Cika menyodorkan mike karaoke ke Andin. Andin langsung mengambil mike itu dan langsung melanjutkan nyanyian Cika sebelumnya. Kemudian cika berjongkok didepanku dan langsung memasukkan penisku yang memang belum kutup lagi ke dalam mulutnya. Kupegang kepala Cika dan kugerakkan sedikit pantatku maju mundur, ingin mengentot mulut Cika. Cika pun menyambut dengan ikut menggerakkan kepalanya, dan memainkan penisku dengan panasnya. Semantara itu, Veni melepaskan ciumannya dan menarik kepalaku ke arah tokednya. Kusambut tokednya yang kenyal itu, kusedot2 dan kukulum2 putingnya.
“Ssshhhh….. aahhh….. mas ini kuat banget seh ml nya…..”, puji Veni.
“Yah gimana ya, lagi hot banget seh ne. Kan sayang kalo cepet2 keluar. Tar kalian gak puas lagi ama aku”, jawabku yg kemudian kembali menjilat2i pentilnya.
“Iya nih mas, malah kita ber3 yang kewalahan”, kata Cika sambil mengocok2 halus penisku.
Aku pun hanya tersenyum ke arahnya dan kembali menarik kepala agar memasukkan lagi penisku melalui bibir tipisnya itu. Cika pun kembali mengulum2 penisku dengan panasnya. Diputar2 kepalanya agar memberikan sensasi yang berbeda di penisku.
Kemudian Veni ikut berjongkok didepanku. Mereka berdua saling bergantian mengulum2 penisku. Gila…nikmat banget dioralin 2 cewek kaya gini.
“Aaaahhhhhh enak sayangg……..”, kataku sedikit berteriak.
Veni mengulum penisku, dimasukkan sedalam2nya penisku kedalam mulutnya, kemudian dihisap2nya lagi. Sementara itu Cika menjilat2ti biji penisku, disedot2 telornya. Wah sungguh kenikmatan yang tiada tara saat itu.
Setelah beberapa saat, kutarik Veni, kusuruh dia bersandar di tembok. Kuangkat 1 kakinya. Dengan gaya berdiri, kuarahkan penisku ke memeknya, dengan 1 hentakan penisku langsung masuk ke memeknya.
“Aaawww…. Oohhhhh….. mentokk… mass……”
Kegerakkan pantatku, langsung ke tempo cepat. Birahiku sudah diubun2 dan sudah ingin kukeluarkan pejuhku. Kusodok2 memek Veni. Veni menggigit bibirnya, dan tangannya mengelus2 tembok disamping2nya tak karuan, tangan yg satu meremas2 tokednya sendiri.
“Ahhh…ah… ahh…ahhh.. ahhh…. Hhhhhhh……. Mmmmmmmhhhhh……”, dia mendesah tak karuan.
Cika menghampiriku dan menuangkan pelan minuman di gelas yang dia bawakan. Shit… ternyata lawaran lagi. Dadaku langsung panas. Kemudian menarik kepalaku ke arah tokednya, dan langsung ku sedot2 putingnya, sambil tetap menggenjot Veni. Tak lama, Cika pun kembali berkaraoke bersama Andin. Kufokuskan permainanku ke Veni. Sekarang dia memelukku, dan mencium bibirku, memainkan lidahnya didalam mulutku, menyapu setiap rongga mulutku. Sesekali kuhentakkan penisku masuk ke memeknya dengan sedikit keras.
“Mmmpppphhh….. mmmmppppphhhhh……”, dia mengerang dalam ciumannya.
Veni melepas ciumannya dan mendesah2 tak karuan.
“Aahhhh…. Aahhhh….. mas…. Masss…… ssshhhhhhhhhhh…….. oohhhhhh…..”
Tak lama kemudian, dia memelukku dengan erat dan menggigit samping leherku sambil sedikit mengerang dan badannya sedikit bergetar.
“Aaaaahhhhhhhhhhhhh…….. mmmmmppppppphhhhhhhh………. Aawwwhhhhhhhh……..”, dia mengerang2
“Aku….. Keluarrr….. mass……. Ooouuuuhhhhhhhhhh………….”, Veni mencapai orgasmenya.
“Hhhhhhhhhh….. enak banget memekmu say”, aku memujinya
Kupelankan gerakanku, sambil meremas2 tokednya, dan sesekali mencium putingnya. Ekspresi Veni saat itu, sambil memejamkan matanya dia menggigit bibirnya sambil tersenyum seolah menikmati orgasmenya, dan memegang kepalaku ingin aku terus memainkan putingnya. Aku pun tetap menggerakkan penisku dengan pelan, dan merasakan ada cairan yang mengalir keluar dari memeknya. Hangat rasanya.
Setelah berhasil membuat orgasme 3 cewek ini, aku mencabut penisku dari memek Veni, dan berjalan menghampiri Cika. Cika tetap mengarah ke monitor di depan ruangan. Aku melirik ke arah pintu, dan melihat tidak ada waitress yang stand by disitu. Biraku sudah diubun2, pejuhku serasa berontak ingin segera dikeluarkan dari penampungannya, langsung saja kuangkat rok Cika, dia pun merespon sambil melebarkan sedikit kakinya dan agak membungkuk ke depan. Langsung ketancapkan penisku ke memeknya yang sudah basah. Penisku langsung masuk seluruhnya, seolah ditelan memeknya. Langsung kegerakkan pantatku, dan Cika pun mengimbangi gerakanku. Kupercepat gerakanku, sambil kuremas2 toked Andin yang sedang bernyanyi disebelahnya, dan tangaku yang satu meremas toked Cika.
“Aahhh… ahhh….ahhh… hhhhhh…. Ooohhhhh….”, Cika mendesah2 kenikmatan.
“Iyaa… iyaa…. Memekmu juga…. Enak… hhhh…. Hhhh….”, aku menggenjot memek Cika dengan tempo yang cepat.
15 menit kemudian aku merasakan pejuhku sudah mau keluar. Kudekap Cika, menjilati telinganya, dan tetap kugoyang pinggulku tanpa mengurangi temponya.
“Akkuuuu… hammmpir… kkelluarrr sayy…….”, bisikku ke Cika.
“Iya masss…. Iyaa….. jgn.. di dalem….. masss….. oohhhhh…… mentok….. rasanya….. sssshhhh…. Ssshhhhh……”
“Keluarin dimulutku aja mas”, Andin tiba2 membisikkanku sambil menjilat telingaku.
Dan dia sudah berjongkok di sampingku, menggulung rambutnya ke belakang, dan bersiap menerima pejuhku.
Penisku sudah berdenyut2, dan kuhentak keras memek Cika.
“Aaawww….. aawwwww…….”, Cika sedikit berteriak.
Dan langsung kulepaskan penisku dari memek Cika, dan langsung kuarahkan ke mulut Andin yang sudah bersiap di sebelahku. Langsung dimasukkan penisku ke mulutnya dan dikulum2.
“Sayy.. sayyyy… aaarrrggghhhhhh….. ooohhhhhhhhhhh………”, pejuhku keluar di dalam mulut Andin yang mungil. Andin sedikit kaget pejuhku keluar begitu banyak di dalam mulutnya dan terlihat sedikit pajuhku mengalir keluar dari sudut bibirnya.
“hhhhhh…. Hhhh…. Hhhh….”, Andin terlihat asik mengulum2 penisku sementara pejuhku masih di dalam mulutnya. Kemudian dia melepas penisku dan menelan semua pejuhku. Dia mengumpulkan pejuh2 yang sempat keluar dari mulutnya dengan jarinya, dan memasukkan jarinya ke dalam mulutnya, seolah tak ingin ada pejuh yang tersisa.
Tiba2 Cika ikut jongkok di depan penisku dan langsung mengulum penisku, membersihkan sisa2 pejuh di kepala penisku. Menjilati setiap centi penisku, seolah ingin kebagian pejuhku juga. Setelah puas mengoralku, dia bangkit dan berjalan ke sofa. Aku pun mengenakan jeansku lagi dan duduk di sofa. Masih terengah2 karena pesta seks barusan, aku mengambil segelas berisi minuman di meja dan langsung menegaknya. Dan menyandarkan badanku ke sofa. Mereka bertiga juga ikut duduk di sofa, sambil tetap bernyanyi.
“Mas kuat banget ya. 2 jam full ml nya. Kita bertiga dibuat puas pula. Kalo Cuma maen berdua ama mas, bisa lemes dong”, celetuk Andin.
“Ah bisa aja kamu. Gak segitunya kali.”, jawabku.
“Kapan2 maen kesini lagi ya mas”, Veni berbisik sambil mengelus penisku dari luar.
Aku Cuma mengangguk dan tersenyum.
Setelah terasa puas, aku minta mereka untuk minta bill ke waitress nya.
“Kan masih kurang setengah jam lagi mas”, tanya Veni
“Udah cukup deh. Aku udah capek banget nih. Mau istirahat dulu. Kapan2 kita lanjutin lagi. Okey…..”, jawabku.
“Okayy……”, mereka serempak menjawab.
Mereka bertiga memakai bra dan celana dalam masing2, dan merapikan gaun dan rambut mereka yang sedikit acak2an.
Kemudian Andin keluar memanggil waitress. Setelah beberapa lama, waitress datang membawa bill. Aku selesaikan masalah pembayaran dan keluar dari room. Mereka ber3 mengantarku sampai ke parkiran. Sambil berjalan, tak lupa aku tukeran no hp mereka. Dan sebelum masuk mobil, tak lupa kucium bibir mereka satu per satu dan memberikan selembar lagi uang merah kepada mereka masing2. Kulihat tukang parkir disitu hanya tersenyum dan geleng2 kepala. Lalu kunaik mobilku dan langsung pulang ke kontrakanku.
Sungguh malam yang menyenangkan.